Sebagai lelaki dewasa mulai sekarang gw membaca, mempelajari, memahami, dan menerapkan Family Financial Planning. Bukan tanpa alasan tiba-tiba gw memasuki ranah area financial. Awalnya, semua biasa saja... *halah... Mulanya, gw membuat kalkulasi besar gaji yang gw harapkan dari pekerjaan gw nanti (skarang status gw masih Kandidat Pemegang Jabatan a.k.a dalam proses rekrutmen pekerjaan a.k.a jobseeker). Nah, pasti deh di tiap standard application form perusahaan bakal ditanyain berapa gaji minimum yang diharapkan. Jangan sampe gw asal nulis 3 juta rupiah atau 13 juta rupiah tanpa dasar. Kali aja 3 juta itu terlalu besar, atau 13 juta yang terlalu kecil. Biar gimanapun, nominal 13 juta adalah gede. hehehe... Pokoknya gw ga mau ngawur lah.
So, beginilah alur penyusunan gaji yang gw harapkan. Besar gaji gw sesuaikan dengan besarnya perkiraan pengeluaran gw. Dengan bantuan Ms. Excel, gw bikin list pengeluaran gw dengan urutan sebagai berikut:
- Ongkos transportasi
- Makan
- Pakaian
- Komunikasi
- Pengembangan Diri
- Kesehatan
- Tabungan, asuransi, investasi
- Cicilan kredit
Kemudian, secara tak sengaja gw nemuin majalah bagus. Yang menarik dari majalah ini adalah, kebetulan majalah ini merupakan edisi khusus. Kebetulan (BANGEEET!!) ini adalah majalah edisi khusus yang mengupas masalah Family Financial Planning.
Intermezzo, percaya gak kalo tidak ada yang namanya kebetulan? Kebetulan terjadi karena ada alasan di baliknya. Jadi, entah bagaimana penjelasannya tapi sepertinya ada kejadian dan energi metafisika yang berperan dalam kehidupan dunia ini. Believe it!
Great!!! I feel great!! Gw udah merancang sendiri keuangan gw, dan sekarang gw juga punya pedoman tentang bagaimana merancang keuangan dengan baik dan benar, sesuai ilmunya. Maka gw mulai membaca. Iqra! *Arabian mode: On.
Ada hal yang menarik. Ternyata gw menyusun keuangan dengan urutan dan prioritas yang terbalik dengan yang seharusnya. 180 derajat berbeda dengan yang diajarkan di majalah itu. Salah satu penulis (Safir) mengatakan kalo pos pengeluaran dibagi menjadi empat kelompok:
- Pengeluaran biaya hidup
- Pengeluaran cicilan utang
- Pengeluaran premi asuransi
- Pengeluaran setoran tabungan
Satu artikel yang lain (Gozali) mengatakan bahwa seharusnya pengeluaran dibagi menjadi empat pos berdasarkan skala prioritas. Empat prioritas tersebut, menurut Gozali adalah:
- Kewajiban (berderma),
- Kewajiban terhadap pihak ketiga,
- Pengeluaran untuk diri sendiri untuk masa depan
- Pengeluaran untuk saat ini.
Heiii man!! Look at me!!! Gw bikin 7 pos pengeluaran. Hahaha.. Dan juga dengan prioritas yang kurang tepat seperti halnya Safir dan Gozali!! But I'm happy. Gw belajar banyakkkkkkkkkk...! Dan gw akan terus belajar, dan praktek, dan belajar, dan praktek, lalu berbagi ilmu-ilmunya di blog ini.
Mohon bimbingannya!!!^_^
*membungkuk-bungkuk kayak orang Japan*
aseeek dapet ilmu dari aLen..
ReplyDeletethx Len!