Pages

Thursday, January 31, 2013

Kecerdasan Manusia

Akhir-akhir ini, begitu banyak dikembangkan dan dipopulerkan berbagai kecerdasan. Diawali dengan kecerdasan otak yang disebut IQ (Intelligence Quotient - Kecerdasan Otak). Kecerdasan ini mempercepat kemajuan teknologi, tapi tidak mampu membendung kerakusan dan kejahatan manusia. penemuan bom atom di satu sisi memberi manfaat, tapi di sisi lain tidak mampu membendung perdamaian dunia.

Selanjutnya terbukti kecerdasan otak gagal memberi kontribusi yang berarti bagi kedamaian dan seuksesan dalam hidup, terutama dalam aktivitas usaha. Daniel Goleman mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian IQ ternyata memberikan 20% kontribusi bagi kesuksesan, sedangkan 80% merupakan "kekuatan-kekuatan" lain, di antaranya EQ (Emotional Quotient -  Kecerdasan Emosi).

Berikutnya, menurut Ary Ginanjar Agustian, penggagas ESQ Model, banyak orang sukses (baca: kaya) dengan ilmu EQ itu, ternyata belum merasa bahagia dan tenang, meskipun dari sisi materi telah memadai. dengan demikian, hal ini menimbulkan pertanyaan besar dalam sanubari manusia, "Apa sesungguhnya yang bisa membuat orang bahagia?"

Banyak lagi kecerdasan lain, seperti yang diutarakan Howard Gardner dari Harvard tentang Multiple Intelligences - "Ragam Kecerdasan". Gardner mengungkapkan ternyata kecerdasan manusia beragam, seperti kecerdasan: musikal, spasial, kinestetis, dan lain-lain. Bahkan, boleh jadi ada kecerdasan yang sangat luar biasa. Namun, menurut hemat saya semua kecerdasan itu tidak akan dapat memberi makna kebahagiaan dan ketenangan selama kecerdasan-kecerdasan itu tidak didorong oleh kesadaran diri bahwa semua itu berpusat pada hati nurani. Dalam penelitian yang dilakukan Persinger dan Ramachandran ternyata dalam otak manusia ada "sesuatu" yang mampu menangkap hal-hal yang transenden (spiritual). Mereka menyebutnya sebagai "God Spot" atau "Titik Tuhan". Berdasarkan hasil penelitian itu, Danah Johar dan Ian Marshall, pakar fisikan dan filsafat dari Oxford University, mengembangkan dan memopulerkan kecerdasan ketiga, yang diberi nama SQ (Spiritual Quotient - Kecerdasan Spiritual).

Penemuan dan pengembangan berbagai kecerdasan di atas ternyata semakin memperkuat kebenaran-kebenaran ajaran guru kita Nabi Muhammad saw. sebagaimana yang pernah disinggung oleh Nabi, "Bahwa dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tuhuh da jika ia buruk maka buruklah seluruh tubuh, ia adalah hati."
Hati yang baik adalah apabila ia selaras dengan sifat-sifat mulia yang telah diberikan Allah Taala ke dalam rohani manusia. Sifat-sifat mulia yang dimaksud di sini adalah dorongan suara hati melalui "99 Asmaul Husna". Sifat-sifat mulia ini saya sebut juga sebagai makna tertinggi.
Buku ini mengajak para pembaca untuk memahami secara mendalam makna tertinggi dan dampaknya terhadap kehidupan dengan mengenal hati melalui kecerdasan spiritual yang berlandaskan 99 Asmaul Husna sehingga pembaca dapat memanfaatkannya untuk menghadapi berbagai persoalan hidup: usaha, karier, keluarga, dan masyarakat. Terlebih-lebih di era "digital" ini, manusia yang tidak kembali kepada hati nurani yang fitrah akan menjadi mesin-mesin dunia yang "kekeringan" dari "air" kehidupan yang sesungguhnya.

Semoga buku ini membantu membangkitkan nurani yang berlandaskan 99 Asmaul Husna dalam merengkuh kesuksesan dan kebahagiaan hidup. Selain itu, pembaca dapat pula mengenal sifat-sifat buruk yang dapat mengeruhkan suasana batin. Sekali lagi, buku ini akan menntun para pembaca dalam memanfaatkan protensi Ilahiah yang telah ditiupkan ke dalam hati manusia dengan meneladani sifat-sifat Allah - Asmaul Husna. Amien!

Deli Serdang, 31 Januari 2009


Disadur dari Sekapur Sirih buku "Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul Husna" oleh Ahmad Taufik Nasution.

No comments:

Post a Comment